Senin, 04 Oktober 2010

Manusia

Kita sebagai manusia pasti pernah bertanya, “Apakah aku?” “Siapa diriku?” “Mengapa aku ada?”
Jika kita mencari definisi dan arti dari setiap pertanyaan itu, maka kita akan menemukan banyak sekali definisi dan jawaban dari berbagai literatur dengan berbagai sudut pandang mereka. Mereka mendefinisikan manusia dengan berbagai macam pendapat. namun, menurut saya jawaban tersebut hanya dapat di jawab oleh diri kita sendiri sebagai manusia. Karena setiap manusia memiliki jasad, akal, pemikiran dan kepribadian masing – masing sehingga tidak akan pernah ada jawaban akan definisi manusia hakiki yang dapat mencakup seluruh kepribadian tiap manusiadi muka bumi ini. Karena itulah saya akan membuat tulisan tentang manusia ini tidak merajuk pada sumber manapun. Maka definisi manusia dalam tulisan ini adalah gambaran dari diri saya sebagai manusia.

Manusia sebagai makhluk tertinggi ciptaan tuhan di bekali oleh akal dan pikiran yang membedakannya dengan hewan dan di berikan hawa nafsu yang membedakannya dari malaikat ciptaan tuhan. Manusia sebagai pemimpin di muka bumi di anugrahi akal dan hawa nafsu yang membuat mereka dapat memutuskan tindakan mereka sendiri. Anugrah ini membuat manusia dapat menciptakan sesuatu, dan terus berpikir maju kedepan. Manusia memiliki akal dan pikiran tersatukan dengan hawa nafsu yang di sebut emosi dan perasaan. Ini adalah anugrah tertinggi yang di berika oleh tuhan. Yang membuat setiap manusia di muka bumi ini berbeda satu sama lain. Termasuk diri saya.

Terlahir di keluarga sederhana pada tanggal 15 Desember tahun 1992. Nama saya Riza Fathurohman, putra pertama dari pasangan Agus Dwi Haryanto dan Siti Chotimah. Saat itu adalah saat dimana sejarah saya sebagai manusia mulai tertulis. Dengan tangisan yang cukup keras dan berat badan yang cukup besar saat terlahir sudah cukup membuat kedua orang tua saya tersenyum lebar. Itu lah saat dimana saya membuat orang tua saya tersenyum pertama kali. Hari – hari sebagai manusia baru di dunia ini di isi dengan kehadiran kakek dan nenek. Mereka menemaniku dan memanjakan ku bersama kedua orang tua sejak lahir hingga aku berumur 4 tahun. Sikap saya yang lucu, wajahku yang bulat sudah cukup untuk membuat mereka semua tersenyum lebar. Hingga saat saya memasuki taman kanak-kanak, asaya pindah dari rumah kakek dan nenek ku di Halim Perdana Kusuma ke Condet batuampar. saya pun memasuki masa taman kanak-kanak. Laporan dari guru yang mengatakan bahwa saya aktif di kelas membuat orang tua ku tersenyum. Masa sekolah dasar pun akhirnya saya jalani. Mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 SD saya mendapat peringkat 1, dan untuk pertama kalinya hasil prestasi saya tidak membuat orang tua saya senyum seperti pada prestasi ku saat taman kanak-kanak. Mungkin prestasi itu sudah menjadi hal yang biasa untuk mereka. Aku pun mencari cara lain agar mendapatkan senyuman dan perhatian seperti saat aku masih taman kanak-kanak. Berlanjut hingga duduk di kursi SMP dan SMA, hal-hal yang membuat orang tua saya tersenyum seperti dahulu kini seakan tidak berarti lagi. Entah mengapa, mungkinkan mereka menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar yang ku lakukan seperti dahulu untuk tersenyum? saya pun memahaminya, karena manusia tidak pernah puas. Beracu pada paham tersebut saya terus berusaha mebuat kedua orang tua saya tersenyum.
Setelah lulus dari bangku SMA akhirnya saya dapat memberikan suatu prestasi yang dapat membuat kedua orang tua saya tersenyum lebar. Saya di terima di Universitas Indonesia fakultas Teknik kimia. Namun, hal itu jauh dari keinginan saya yang tidak dapat menembus tekhik informatika Universitas Indonesia dan akhirnya saya memilih untuk duduk di kursi binaan Universitas Gunadarma. Banyak celaan dan ejekan dari ayah saya karena lepasnya saya dari Universitas Indonesia. Teknik informatika Universitas Gunadarma. Bersamanya akan saya buktikan bahwa semua perkataan mereka adalah salah. Senyum mereka adalah salah satu dari tujuan hidup saya.

Dengan sedikit kilasan kehidupan saya, maka manusia dalam anggapan saya adalah makhluk yang sangat kompleks karena di bekali logika dan perasaan yang di mana jika saling beradu akan menghasilkan emosi yang sangat menarik. membuat manusia berprilaku unik berdasarkan kepribadiannya. Manusia akan berbuat apapun untuk memenuhi egonya saat itu juga, tidak akan pernah puas dan menuntut untuk selalu lebih. demikianlah tulisan ini saya buat untuk mendifinisikan manusia dalam aspek rohani yang beracu pada sedikit kilasan kehidupan saya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan. Segala bentuk masukan dari pembaca saya sambut dengan baik. Terimakasih.

Tidak ada komentar: